Kamis, 17 Januari 2013

tahapan dalam pembuatan persemaian

Tahapan Pembibitan Tanaman Hutan meliputi kegiatan lapangan dari mulai :
1.     Tehnik Penentuan Pembangunan Persemaian
Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih atau bagian vegetative dari jenis tanaman tertentu sehingga dapat
menghasikan bibit yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup baik untuk ditanam di lapangan.
Menurut Fandeli (1984) dalam memilih lokasi persemaian harus memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
1)  Lokasi persemaian sedekat mungkin dengan lokasi penanaman atau jalan angkutan (aksesibilitas)
2)  Lapangan harus datar,
3)  Cukup tersedia air,
4)  Mudah mendapatkan media,
5)  Keadaan lingkungan baik, sirkulasi udara lancar dan sinar matahari dapat masuk kepermukaan tanah untuk mengurangi kerusakan bibit dari insecta dan jamur,
6)  Dekat dengan tenaga kerja.

Persemaian dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1.  Persemaian Tetap atau Permanen : persemaian yang lokasinya menetap disuatu tempat biasanya tidak mempertimbangkan jauh dekatnya lokasi penanaman dan berlangsung lebih dari 5 tahun
2.  Persemaian Tidak Tetap persemaian yang lokasinya berpindah-pindah yang biasanya mengikuti lokasi penanaman dan berlangsung paling lama 5 tahun
Menurut Harun Alrasyid (1989) kegiatan pokok dalam pembuatan persemaian adalah : pemilihan lokasi, penataan arel, ketenaga kerjaan dan organisasi.
Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatannya meliputi : persiapan lapangan dan proses pembuatan bibit. Proses pembuatan bibit dipersemaian diantaranya :
1.  Pembuatan bibit dari benih (mulai pengadaan benih, s/d pemeliharaannya)
2.  Pembuatan bibit cabutan anakan alam, (dari pengadaan cabutan anakan alam, pengadaan media, penyemaian, pemeliharaan sampai bibit siap tanam)
3.  Pembuatan bibit asal stek (kegiatan pokoknya pengadaan stek, cara pembuatan stek, cara pemberian hormon, pembuatan bedeng pembibitan, cara penyemaian stek, penyapihan dan pemeliharaannya).

2.     Pembersihan Lokasi Persemaian
 Pembersihan lahan dan Pembuatan Bedengan
Lokasi Persemaian sudah ditemukan dan ditentukan, diukur luas areal persemaian yang akan dibangun disesuaikan dengan perencanaan luas persemaian dibutuhkan dalam rehabilitasi hutan seluas 100 ha. Panjang dan lebar lokasi areal persemaian disesuaikan dengan keadaan topografi lapangan, yang lebih baik diutamakan memanjang Utara-Selatan yang berarti apabila luasnya 100 m² yaitu mempunyai panjang 50 meter dan lebarnya 20 meter. Bersihkan lahan persemaian yang telah diukur dari semak belukar atau rumput/alang-alang bahkan bekas tonggak diangkat juga akar alang-alang perlu diangkat supaya tidak cepat tumbuh lagi yang nantinya bisa mengganggu dalam proses pemeliharaan tanaman. Setiap ukuran bedengan yang telah ditetukan, diratakan dan ditinggikan tanahnya supaya memudahkan pada saat pengisian polybag.
Ukuran bedengan sudah sesuai dengan yang telah direncanakan baik panjang maupun lebarnya (Standar Bedengan 1 x 5 meter) bagian sisinya diberi bambu ukuran lebar 6 centimeter sepanjang 5 meter dan lebar 1 meter.
Sepanjang atau setiap 50 centimeter atau maksimal per 1 meter pada bambu sisi bedengan dipasang pasak bagian luar dan dalam secara zig-zag atau bambu tersebut dijepit 2 buah pasak supaya bambu batas bedengan menjadi tegak atau kuat. Sebaiknya pasak terbuat dari bambu juga dengan catatan pasak diusahakan bagian ujung atasnya yang merupakan batas ruas bambu, agak dipangkas pas bawahnya dan dibersihkan sampai ujung bawahnya.

Bedengan terbagi menjadi dua yaitu bedeng sapih dan bedeng tabur. Bedeng Tabur yaitu tempat penyemaian biji atau benih yang membutuhkan perlakuan khusus, sedangkan Bedeng Sapih yaitu tempat penyapihan semai atau cabutan anakan alam. Bedengan yang baik pada umumnya harus arah Utara – Selatan supaya sinar matahari pagi dan sore dapat menyinari bedeng tanaman, dengan ukuran bedengan bervariasi disesuaikan dengan keadaan lokasi yaitu ada ukuran 1 x 5 meter tetapi kalau menggunakan sungkup biasanya 1 x 2 meter).
Isi dalam satu bedengpun bervariasi tergantung menggunakan ukuran polybagnya yaitu mulai dari 200 polybag s/d 500polybag.
Jarak antar bedengan juga bervariasi dari mulai 0,3 s/d 0,5 meter



Jaringan Air
Jaringan air dalam satu naungan sarlon tergantung pada banyaknya bedengan yang ada. Naungan yang luas mempunyai jaringan air dua buah kran yang akan dihubungkan dengan selang yang ukurannya sesuai dengan jarak dan banyaknya bedengan. Naungan yang ukurannya kurang luas cukup dengan satu kran yang ditempatkan ditengah-tengah naungan.
Pengadaan Polybag atau jenis lainnya
Pada saat pengadaan polybag harus diperhatikan jenis polybag yang akan kita pakai terutama ukurannya, karena akan mempengaruhi pada media yang akan dipakai dan harga serta ketahanan bibit dipersemaian. Hasil dari penelitian selama ini ukuran polybag yang paling baik dan bibit bisa tahan lama di persemaian yaitu 12 x 18 cm tetapi tidak menutup kemungkinan untuk jenis polybag lain harus disesuaikan dengan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh harus memakai ukuran lain dan tidak lama dipersemaian.
Sebagai alternative yang sedangkan dikembangkan di Persemaian Joben yaitu menggunakan polybagnya bekas gelas POP MIE atau gelas AQUA.
Hasil dari penelitian selama ini dengan mengggunakan kedua jenis tersebut cukup efektif dan tahan dipakai sampai 3 kali dibandingkan dengan menggunakan polybag dari plastic. Hasil ini merupakan hasil dari beberapa percobaan baik dengan menggunakan media tanah campur sekam maupun menggunakan media akar paku, menunjukkan bahwa dengan media tanah campur sekam bibit bisa tahan sampai satu tahun dengan catatan harus rajin memotong akarnya minimal 1 bulan sekali.
Sedangkan dengan menggunakan media akar paku menunjukkan bahwa dalam jangka 3 bulan bibit sudah siap tanam dan bekas POP MIE bisa dipakai lagi karena akar paku sudah menyatu dengan akar tanaman sehingga bibit menjadi kompak dan diangkutnya lebih ringan
  Pengadaan Media 

Media yang dipakai untuk pengisian polybag merupakan campuran antara media tanah top soil atau lapisan humus dengan sekam padi yang sudah berwarna kehitam-hitaman dan lebih bagus lagi ditambah pupuk kandang. Campuran media yang dipakai menggunakan 1:1:1 yang artinya 1 karung tanah top soil, 1 karung sekam padi dan 1 karung pupuk kandang. Ada juga yang menggunakan campuran 2:1:1 yaitu 2 karung tanah top soil, 1   karung sekam padi dan satu karung pupuk kandang.  
Tapi selama ini kebanyakan orang menggunakan sekam padi dengan tanah top soil saja dengan campuran 1:1 atau 1: 2 yaitu 1 karung sekam padi dengan 1 karung tanah top soil atau 2 karung tanah top soil.   
Penggunaan media jenis akar paku yang pertama dalam pengambilan harus hati-hati dan diambil yang sudah kering saja supaya mudah dalam proses penghalusan dan pengeringannya karena untuk mensterilkan akar paku biasanya di jemur selama satu minggu baru bisa dimasukkan ke dalam polybag. 
Pengisian Polybag 
Pengisian polybag dengan menggunakan media tanah harus betul-betul padat supaya nanti pada saat sudah ditanami semai tumbuhan tidak menjadi berkurang yang akibatnya plastiknya bisa menutupi tanaman sehingga pada saat melakukan penyiraman tidak tersiram air yang mengakibatkan semai akan cepat layu atau mati. 
Pada saat pengisian polybag tanah yang sudah dicampur dengan sekam padi dan pupuk setelah diaduk secara merata secara perlahan-lahan dimasukkan media tersebut, kemudian diratakan bagian dalamnya dengan kayu atau besi yang sudah dirancang khusus secara merata baru diputar-putar sambil agak diangkat polybagnya dan dijatuh-jatuhkan ketanah atau alas supaya betul-betul isi polybag tersebut padat dan merata.


Pengadaan benih dan cabutan anakan alam, Proses pembuatan bibit dari biji atau benih : 

1) Pengadaan benih, 
Pengadaan benih biasanya dengan cara membeli ke tempat-tempat khusus penjual benih tanaman karena sebelumnya buah atau biji pohon tersebut sudah dipilih dengan menggunakan alat khusus dan aman dari hama dan penyakit. Lebih baiknya untuk pembelian benih ini kepada pedagang yang sudah mempunyai sertifikasi dari Balai Benih sehingga keterjaminan benih betul-betul dan nantinya akan menghasilkan bibit yang bermutu baik. 
2) Perlakuan Benih 
Benih yang baik yang sudah dibeli untuk jenis-jenis tanaman tertentu tetap dalam perkembahannya memerlukan perlakuan lagi dengan cara ada yang dibakar terlebih dahulu untuk jenis-jenis yang mempunyai kulit buah tebal dan adapula yang harus di rendam dahulu dengan air panas selama beberapa menit untuk jenis-jenis benih yang mempunyai kulit luar keras. 
3) Penyemaian Benih 
Benih setelah diberi perlakuan khusus, baru disemaikan pada bedeng tabur yang sudah tersedia atau pada bak tabur sampai berkecambah. Masing-masing benih berkecambah berbeda-beda tergantung dari jenis benih tanamannya ada yang dalam satu minggu sudah berkecambah dan bahkan ada yang satu bulan baru kecambah karena masing-masing benih tersebut mempunyai dormansi yang berbeda-beda. 
Contoh :  untuk jenis benih Rajumas dengan menggunakan media khusus yang pakai lumut bata merah dalam 10 hari sudah terlihat berkecambah secara serentak. Sedangkan untuk jenis jati biasanya lambat berkecambahnya karena langsung ditanam dilapangan.


4) Penyapihan Benih 
Benih yang sudah berkecambah lebih baiknya setelah kulit luarnya mengelupas segera dipindahkan atau disapih kedalam polybag karena apabila terlambat dalam penyapihan akan mengakibatkan mengalami stress yang cukup lama dan daunnya cepat layu. Sedangkan untuk jenis seperti Rajumas yang mempunyai biji kecil-kecil setelah berkecambah biarkan selama satu bulan sampai mempunyai daun dua baru disapih ke polybag atau tempat lainnya. 
5) Pemeliharaan 
Pelaksanaan pemeliharaan dipersemaian, mulai dari penyiraman, pembersihan polybag dari gulma sampai penyemprotan untuk hama dan penyakit. 
Penyiraman dilaksanakan apabila musim kemarau biasanya dilakukan dalam sehari 2 kali yaitu pagi dan sore sedangkan pada waktu musim hujan cukup sehari sekali atau kalau hujannya lebat dan terus berlangsung berhari-hari tidak perlu lagi disiram. Sedangkan pembersihan gulma bisa dilaksanakan sebulan sekali. 
Untuk pemberantasan hama dengan cara disemprot dengan insektisida dan apabila kena penyakit sebaiknya teliti dahulu penyakitnya baru dilakukan pemberantasannya atau bila perlu semai tersebut, diambil dan dijauhkan dari bedengan supaya tidak menular ke semai lainnya. Seperti contoh penyakit yang diakibatkan oleh jamur Fusarium sp yang mengakibatkan daun jadi layu dan akar busuk segera diberi diberantas supaya tidak menular. Ada lagi sejenis jamur yang menyerang Rajumas biasanya daun berwarna coklat lama-kelamaan batang akan membusuk dan mati sehingga penyebaran ke semai lain cepat sekali. Berdasarkan pengalaman dengan cara membuang daun yang kena tersebut semuanya, ternyata semai tersebut tetap hidup dan lebih baiknya dipindahkan ketempat yang mempunyai panas tinggi dan jangan dibiarkan tempat itu lembab dengan cara membuka paranet/sarlon atau sebagian tutup naungan supaya cahaya masuk lebih banyak. 
Semai sudah berumur satu bulan atau lebih dan yang terpenting akar tunggang sudah keluar dari polybag diusahakan harus cepat dilakukan pemangkasan akarnya supaya tidaka masuk kedalam tanah yang nantinya mengakibatkan akar dalan polybag tidak kompak dan juga akar sudah masuk tanah apabila dipangkas tanaman akan menjadi layu sehingga akan memperlambat pertubuhannya karena stress dan daun menjadi layu. 
6) Pengumpulan buah 
Buah, atau biji, seyogyanya dikumpulkan dari pohon yang berbatang lurus, percabangan tinggi, bertajuk lebat, sehat dan berdiameter > 30 cm. 
Pengambilan buah harus sudah masak yang bentuk fisiologinya ditandai dengan warna buah coklat atau kemerah-merahan tergantung dari jenis tumbuhannya. 

Sebaiknya biji tumbuhan yang diambil di lapangan kalau ketemu bekas kotoran Musang karena biji yang bekas kotoran musang kalau dimasukan kedalam polybag dan kena air akan cepat tumbuh tidak butuh perlakuan khusus soalnya selama didalam perut musang dengan suhu tubuh musang yang mempunyai panas tertentu membantu mempercepat proses daya kecambah biji tersebut. Sedangkan kalau diambil oleh kita membutuhkan perlakuan khusus sesuai dengan jenis biji tumbuhan tersebut. 
Contoh : perlakuan kalau ngambil buah rajumas yaitu : buah rajumas yang dalam satu tandan satu buah sudah ada yang berwarna coklat sudah bisa dipetik apalagi kalau semuanya sudah coklat tetapi belum pecah karena kalau sudah pecah bijinya sudah terbang semuanya. Kemudian keringkan selama 1 minggu, akan kelihatan buahnya pecah-pecah dan pisahkan bijinya dengan kulit buah. 
Setelah jadi biji diusahakan dijemur kembali maksimal satu minggu lagi, baru biji tersebut kita taburkan dibedeng tabur yang media lumutnya sudah jadi. 

Kenapa pakai lumut karena lumut dapat menyimpan air juga biji rajumas kalau disiram tidak akan terbawa aliran air yang nantinya pas berkecambah numpuk pada suatu tempat. Sedangkan kalau pakai lumut biji tersebut langsung nempel. 

Biji Rajumas setelah kering harus cepat-cepat disemaikan karena jenis ini mempunyai masa dormansi yang pendek. 

Apabila dibiarkan sampai lebih dari satu bulan berdasarkan pengalaman tumbuh-tumbuh tetapi prosentase tumbuh kecambah kurang dibandingkan yang baru dua minggu setelah ngambil langsung disemaikan.

Catatan : Biji/benih Rajumas (Duobanga moluccana) mempunyai masa dormansi selama 1 bulan, tetapi kalau lebih dari satu bulan disimpan pertumbuhan semai kurang baik dan biasanya setelah jadi semai kena panas sedikit saja sudah langsung mati. Yang paling baik dalam pengambilan biji untuk dijadikan benih harus dari pohon induk baik dengan kriteria sebagai berikut : 
1.     Umur pohon induk > 5 Tahun, (semakin tua umurnya semakin baik), 
2.     Batang lurus dan tidak banyak cabang, 
3.     Pertumbuhan baik, 
4.     Tidak kena hama dan penyakit, dll
   
Perlakuan selanjutnya sama seperti dengan yang cari benih yaitu mulai dari penyapihan sampai dengan pemeliharaannya.

Proses pembuatan bibit dari Cabutan Anakan Alam : 
1.    Pengadaan bahan bibit Cabutan Anakan Alam 
Pengumpulan cabutan anakan alam dari berbagai jenis tumbuhan yang ada, adalah untuk jenis tertentu dari sekeliling pohon induk (± 10 meter dari proyeksi tajuk pohon induk, terutama ini hanya untuk jenis Meranti, sedangkan jenis lain bisa dijadikan acuan tetapi untuk jenis tertentu di Pulau Lombok tidak bisa dijadikan acuan karena di jarak tersebut anakannya tidak tersedia tetapi jaraknya cukup jauh-jauh dari pohon induk. Ukuran anakan alam yang dikumpulkan pada umumnya memiliki tinggi ± 15 cm – 20 cm yang sudah mempunyai daun 2 – 5 lembar, termasuk daun pertama. 

Bagi anakan alam yang berukuran besar diperlukan pengguntingan atau pemotongan sebagian (½ daun-daunnya untuk mengurangi penguapan, sedangkan anakan alam yang berukuran kecil tidak ada persyaratan khusus berkenaan dengan pengguntingan daun. 

Sistem cabutan disamping praktis dalam mengatasi permasalahan penyimpanan benih/biji singkat juga mengatasi masalah akan kebutuhan mikoriza yang cocok dari suatu jenis tumbuhan karena terbawa langsung dari anakan yang dicabut. 

Hasil dari pengamatan dilapangan pencabutan anakan alam yang baik adalah : 
a.     Pengumpulan dilaksanakan pada saat setelah terjadi hujan karena kondisi tanah di hutan masih lembab/basah, 
b.     Pegang batang anakan pada bagian permukaan akarny, sedekat mungkin dengan permukaan tanah dan posisi anakan diusahakan tegak lurus, 
c.      Buat tusukan / dorongan pada tanah disekitar anakan yang akan dicabut dengan sekop atau bambu yang sudah diukur sedemikian rupa atau alat lainnya terbuat dari kayu atau besi. 
d.     Baru tarik batang anakan secara perlahan-lahan dengan posisi tetap tegak lurus sampai terasa anakan mulai lepas dari tanah 
 e.     Anakan alam dicabut satu persatu secara perlahan-lahan dan disusun dalam karung goni yang telah dibasahi serta sebagian tanah tetap melekat pada anakan yang dicabut, lalu disusun secara rapih sesuai jenisnya dan apabila sudah banyak karung goni dilipat serta bagian tengahnya di ikat supaya aman tidak tercecer dalam pengangkutannya. 

Dengan system anakan yang telah dicabut dipotong terlebih dahulu daunnya, baru disusun dan diikat, bagian akarnya dipangkas/dipotong ½nya, dibalut atau dibungkus dengan media akar Kadaka bagian akarnya, baru dibungkus dengan gedebong/pelepah batang pisang yang masih basah sesuai ukuran tinggi bibit supaya bibit tidak cepat layu, kelembaban tetap terjaga, mengurangi penguapan, dan dalam pengangkutan bibit akan tetap segar serta tidak rusak. 

Hasil dari pengamatan selama ini, bibit anakan alam yang diambil, diikat bagian tengahnya dengan tali rapia atau gedebong pisang yang tipis dan kuat, langsung bagian akarnya dibungkus dengan akar Kadaka atau lumut, baru dibungkus dengan gedebong pisang basah yang ukurannya sesuai tinggi cabutan semai anakan alam untuk melindungi/mempertahankan daun dan kelembaban suhunya pada saat pengangkutan, agar bibit tidak cepat layu. 

Ternyata dengan system ini bibit yang dibawa dari lapangan bisa bertahan sampai 1(satu) minggu sampai 3 minggu, keadaannya tetap segar dengan catatan minimal setiap dua hari sekali sebelum diangkut atau ditanam di polybag disiram. 
Keuntungan dari bibit cabutan adalah : 
Ø  Bibit mudah dicabut sehingga kerusakan akar samping yang halus dapat ditekan sekecil mungkin, 
Ø  Mikoriza pada masing-masing jenis bibit tidak rusak dan tanah yang nempel pada akar bisa mengurangi resiko kekeringan, 
Ø  Bibit akan lebih tahan, pada waktu pengangkutan dari lapangan ke persemaian. 
Ø  Media akar Kadaka sebagai pembungkus akar dapat menyimpan air dalam waktu cukup lama, 
2.    Pengisian Media 
Pengisian media untuk penyemaian anakan harus memiliki, sifat fisik dan kimia tanah yang baik. Pengisian media untuk anakan sama dengan biji tetapi untuk perbandingan pencampurannya berbeda yaitu 1:1:1 atau 2:1:1 bahkan ada yang sampai 3:1:1. 

Sebelum cabutan anakan di semai, terlebih dahulu media harus sudah siap diisikan kedalam kantong-kantong plastic yang sudah diberi lubang bagian pinggirnya dan disusun dalam bedeng pembibitan ukuran 1x 3 meter atau 1 x 5 meter. 

Media akar Kadaka, dihaluskan terlebih dahulu lalu dimasukkan kedala gelas aqua atau gelas pop mie sampai penuh dengan catatan jangan terlalu padat.

3.    Penyemaian Anakan alam 
Pelaksanaan pemotongan sebagian akarnya dan ½ - 2/3 bagian daunnya dipotong untuk mengurangi evapotranspirasi. Pekerjaan pemotongan akar dan daun harus selesai dalam waktu sehari, karena kalau terlalu lama akan mengurangi prosentase tumbuh bibit. 
Penanaman semai harus hati-hati serta media di polybag dilubangi terlebih dahulu pakai kayu atau besi sepanjang akar anakan sampai batas sedikit dibawah cotyledon. Anakan dimasukkan kedalam lubang, tutup dengan sedikit agak ditekan dengan kedua jari tangan supaya bagian bawah akar tidak longgar, sehingga pada saat penyiraman semai tidak roboh, miring atau tertimbun tanah.

4.    Pemeliharaan Semai 
Pemeliharaan bibit di persemaian biasanya selama 3 bulan sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun sesuai dengan jenis tanamannya, tetapi lebih baiknya pada setiap bulan dilakukan penyiangan semai dari gulma apalagi yang menggunakan media Kadaka gulma sangat cepat tumbuh. 

Penyiraman dilakukan sehari dua kali pada saat musim kemarau dan bila musim hujan cukup satu hari sekali, atau bahkan tidak usah di siram apabila hujan terus menerus. 

Media menggunakan Kadaka penyiraman bisa dilakukan sehari sekali bahkan bisa 2 hari sekali karena biasanya dalam jangka 2 hari media ini masih basah dan saat musim hujan tidak perlu penyiraman lagi. 

Sedangkan pemangkasan akar, dilaksanakan apabila akar tunjang sudah keluar dari polybag dan harus langsung dipotong serta setelah itu rutin akarnya harus tetap dipangkas. 

Jenis tanaman yang menggunakan gelas aqua atau Pop Mie dan medianya Kadaka tidak ada pemangkasan akar, tetapi bibit cukup diangkat dengan medianya dan langsung dimasukan lagi pada gelas aqua atau pop mie, jadi lebih mudah dan fleksibel sehingga akan akan menghemat waktu tenaga dan biaya dalam pemeliharaan di persemaian.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar