Selasa, 15 Januari 2013

makalah ilmu ukur kayu


Tugas
GEODESI
&
KARTOGRAFI












Di Susun Oleh

Nama                         : Udin Winata Putra
Nim                           : 411.09.007
Jurusan                     : Bududaya Hutan (BDH)


FAKULTAS ILMU KEHUTANAN
UNIVERSITAS NUSA TENGGARA BARAT
2011

 GEODESI
A.        Sejarah Geodesi
Sejak zaman dahulu, Ilmu Geodesi digunakan oleh manusia untuk keperluan navigasi. Secara signifikan, kegiatan pemetaan bumi sebagai bidang ilmu Geodesi telah dimulai sejak banjir sungai nil (2000 SM) oleh kerajaan Mesir Kuno. Perkembangan Geodesi yang lebih signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi & ukuran bumi lebih dalam oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak geodesi. Hingga teknik geodesi dijadikan sebagai disiplin ilmu akademis hampir disetiap negara. Saat ini, dikarenakan kemajuan teknologi informasi, cakupan ilmu geodesi semakin luas.

B.       Pengertian geodesi
Geodesi adalah bidang ilmu interdisiplin yang menggunakan pengukuran-pengukuran pada permukaan bumi serta dari wahana pesawat dan wahana angkasa untuk mempelajari bentuk dan ukuran bumi, planet-planet dan satelitnya, serta perubahan-perubahannya; menentukan secara teliti posisi serta kecepatan dari titik-titik ataupun objek-objek pada permukaan bumi atau yang mengorbit Bumi dan planet-planet dalam suatu sistem referensi tertentu; serta mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk berbagai aplikasi ilmiah dan rekayasa  menggunakan matematika, fisika, astronomi, dan ilmu komputer.

C.       Pengertian geodesi menurut para ahli
Kata bang FR. Helmert, Geodesi adalah sains pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi. Dengan definisi ini geodesi termasuk ke dalam bidang Geoscinces. Sedangkan menurut pak (Umar86), merupakan salah satu cabang ilmu matematika terpakai dimaksudkan untuk melakukan pengukuran2, menentukan bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi (koordinat) titik-titik (dalam hal ini mis titik Bench Mark /BM), panjang dan arah-arah garis di permukaan bumi serta mempelajari medan gravitasi bumi..

Dari penjelasan di atas geodesi terbagi atas 2 bagian, yaitu :
a.       Geodesi geometris (bentuk dan ukuran bumi)

b.      Geodesi fisis (medan grafitasi bumi)

D.       Definisi geodesi yang di berikan oleh IAG
Berdasarkan definisi terkini Geodesi yang diberikan oleh  IAG, bidang kajian utama geodesi terbagi menjadi 3 bagian yaitupenentuan posisi, penentuan medan gaya berat,dan variasi temporal dari posisi dan medan gaya berat, dimana domain spasialnya adalah bumi beserta benda-benda langit lainnya.  Setiap bidang kajian di atas mempunyai spektrum yang sangat luas, dari teoretis sampai praktis, dari bumi sampai benda-benda langit lainnya, dan juga mencakup matra darat, laut, udara, dan juga luar angkasa.
a.     Penentuan Posisi
Ilmu geodesi pasti akan identik dengan hal penentuan posisi, dan begitu pula kebalikannya.  Posisi (suatu titik) dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif.  Apabila dilihat secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat dimensi. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standardisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat.  Sistem ini disebut sistem referensi koordinat, atau secara singkat disebut sistem koordinat, dan realisasinya umumnya dinamakan kerangka referensi koordinat
v  Sistem koordinat
*sistem koordinat* ialah sebuah sistem untuk memberikan jujukan terhingga nomor kepada setiap titik dalam ruangan dimensi. "Nomor" biasanya bermaksud nomor nyata tetapi, bergantung kepada konteksnya, boleh juga bermaksud nomor kompleks atau unsur untuk medan yang lain. Jika ruang atau manifold adalah melengkung, satu sistem koordinat untuk seluruh ruang mungkin tidak cukup.
v  Kerangka referensi koordinat 
Kerangka referensi koordinat dimaksudkan sebagai realisasi praktis dari system referensi, sehingga sistem tersebut dapat digunakan untuk pendeskripsian secara kuantitatif posisi dan pergerakan titik-titik, baik di permukaan bumi maupun di (kerangka terstris) maupun di luar permukaan bumi (kerangka selestia atauekstra terestris). Kerangka referensi biasanya direalisasikan dengan melakukan pengamatan-pengamatan geodetic, dan umumnya direpresentasikan dengan suatu set koordinat dari sekumpulan titik maupun obyek (seperti bintang dan kuasar).
Survey untuk penentuan posisi dari suatu jaringan di permukaan bumi, dapat dilakukan secara terestris maupun ekstra-terestris. Pada survey dengan metoda terestris, penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau obyek yang terletak di permukaan bumi.  Sementara itu pada survey penentuan posisi secara ekstra-terestris, penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap benda-benda langit atau obyek di angkasa, seperti bintang, bulan, dan quarsar, maupun juga benda-benda atau obyek buatan manusia yaitu berupa satelit.
b.     Penentuan medan gaya berat bumi
       Salah satu tujuan dari ilmu geodesi diantaranya adalah menentukan bentuk dan ukuran bumi termasuk didalamnya menentukan medan gaya berat bumi dalam dimensi ruang dan waktu. Bentuk bumi didekati melalui beberapa model diantaranya ellipsoida yang merupakan bentuk ideal dengan asumsi bahwa densitas ( kerapatan ) bumi homogen. Sementara itu kenyataan sebenarnya, densitas massa bumi yang heterogen dengan adanya gunung, pegunungan, lautan, cekungan,dataran, dan lain-lain akan membuat ellipsoid berubah menjadi Geoid.
Geoid memiliki peran yang penting dalam berbagai hal seperti untuk keperluan aplikasi geodesi, oseanografi, dan geofisika. Contoh untuk  bidang geodesi yaitu penggunaan teknologi GPS dalam penentuan tinggi orthometrik untuk berbagai keperluan praktis seperti rekayasa, survei, dan pemetaan membutuhkan infomasi  geoid teliti.
Pada prinsipnya geoid (model geopotensial) dapat diturunkan dari data gaya berat sebagai data utamanya yang distribusinya mencakup seluruh permukaan bumi.  Akurasi suatu model geopotensial terutama ditentukan oleh kualitas data gaya berat, selain juga ditentukan oleh formulasi matematika yang digunakan ketika menurunkan model tersebut.  Data gaya berat dapat diperoleh dari pengukuran secara terestris menggunakan gravimeter, dari udara dengan teknik air borne gravimetry, dan diturunkan dari data satelit (satelit sistem geometrik seperti satelit altimetry (wilayah laut) dan satelit sistem dynamic seperti GRACE dan GOCCE, serta melalui interpolasi untuk wilayah-wilayah yang tidak ada data gayaberatnya.
c.     Pemantauan dinamika system bumi
Dahulu orang menganggap bumi bersifat statis.  Seiring dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma bumi statis berubah menjadi bumi dinamis, yang mana memang secara riil bahwa bumi merupakan sistem yang dinamis. Dinamika pergerakan bumi mempunyai spektrum yang sangat luas, dari skala galaksi sampai skala pergerakan lokal pada kerak bumi.
Bumi bergerak bersama-sama galaksi kita relatif terhadap galaksi-galaksi lain.  Bumi berputar besama sistem matahari kita di dalam galaksi kita.  Bumi mengorbit mengelilingi matahari bersama planet-planet lainnya.  Bumi berputar terhadap sumbu rotasinya, dan kerak-kerak bumi juga bergerak (relatif sangat lambat) relatif satu terhadap lainnya.  Akibat pergerakan kerak bumi ini muncul gunung, gunungapi, dan pegunungan, serta mengakibatkan terjadinya letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, dan bencana alam lainnya.
Salah satu domain dari geodesi adalah pemantauan sistem bumi, dalam hal ini ditujukan seperti untuk pendefinisian sistem koordinat, dan dinamika sistem koordinat.  Selain itu peran serta geodesi dalam memantau dinamika sistem bumi yaitu ikut berkontribusi dalam pemantauan potensi dan mitigasi bencana alam seperti aktivitas vulkanis gunungapi, gempa bumi, longsor (landslide), penurunan tanah (land subsidence), dan lain-lain.

E.   Teknologi Geodesi (alat-alat geodesi) antara Lain :
1. Satelite GPS
Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS anatara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
            Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS). Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun, termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.
            GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital.
Cara Pengunaannya adalah sebagai berikut :
            Bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh satelit. Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan valid untuk sekitar 4-6 jam. Untuk menunjukkan koordinat sebuah titik (dua dimensi), alat navigasi memerlukan paling sedikit sinyal dari 3 buah satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga dimensi), diperlukan tambahan sinyal dari 1 buah satelit lagi.
            Dari sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh kumpulan satelit tersebut, alat navigasi akan melakukan perhitungan-perhitungan, dan hasil akhirnya adalah koordinat posisi alat tersebut. Makin banyak jumlah sinyal satelit yang diterima oleh sebuah alat, akan membuat alat tersebut menghitung koordinat posisinya dengan lebih tepat.
            Karena alat navigasi ini bergantung penuh pada satelit, maka sinyal satelit menjadi sangat penting. Alat navigasi berbasis satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada gangguan pada sinyal satelit. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal satelit:
·         Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih dapat melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.
·         Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat diterima.
·         Air. Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.
·         Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal.
·         Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
·        Gedung-gedung. Tidak hanya ketika didalam gedung, berada diantara 2 buah gedung tinggi juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam lembah.
·        Sinyal yang memantul, misal bila berada diantara gedung-gedung tinggi, dapat mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat menunjukkan posisi yang salah atau tidak akurat.


2.  Clinometer

Cara penggunaan.
            Sebuah rimbawan menggunakan suatu klinometer memanfaatkan dasar trigonometri First the observer measures a straight-line distance D from some observation point O to the object. Pertama pengamat mengukur jarak D-garis lurus dari beberapa titik pengamatan O untuk objek. Then, using the clinometer, the observer measures the angle a between O and the top of the object. Kemudian, dengan menggunakan klinometer, pengamat mengukur sudut antara O dan bagian atas objek. Then the observer does the same for the angle b between O and the bottom of the object. Kemudian pengamat melakukan hal yang sama untuk b sudut antara O dan bagian bawah objek. Multiplying D by the tangent of a gives the height of the object above the observer, and by the tangent of b the depth of the object below the observer. Mengalikan D oleh tangen dari ketinggian memberikan objek di atas pengamat, dan oleh singgung b kedalaman objek di bawah pengamat. Adding the two of course gives the total height ( H ) of the object, in the same units as D. Menambahkan dua tentu saja memberikan tinggi total (H) obyek, dalam satuan yang sama sebagai D.
Note that since multiplication is distributive it is equally valid to add the tangents of the angles and then multiply them by D:Perhatikan bahwa sejak pengali distributif adalah sama berlaku untuk menambahkan garis singgung dari sudut dan kemudian dikalikan D:
A = tan a A = tan a
B = tan b B = tan b
H = ( A × D ) + ( B × D ) = ( A + B) × D H = (× D) + (B × D) = (A + B) × D
Note also that both angles should be positive numbers (ie ignore any minus sign on the clinometer's scale). Perhatikan juga bahwa kedua sudut harus angka positif (yaitu mengabaikan semua tanda minus pada skala klinometer's).
            Clinometer berfungsi untuk mengukur ketinggian pohon, selain itu  klinometer ini juga umum digunakan oleh rimbawan untuk memperoleh kemiringan persen daerah. This measurement is based on the same trigonometric principles described above. Pengukuran ini didasarkan pada prinsip-prinsip trigonometri sama dijelaskan di atas. Slope measurements, however, require that both observer and target be a constant height above the ground; thus a range pole or height of measurement (HI) stick is often used in slope measurements. pengukuran Lereng Namun, mengharuskan kedua pengamat dan target menjadi tinggi konstan di atas tanah; sehingga jangkauan atau tiang tinggi pengukuran (HI) stick sering digunakan dalam pengukuran lereng.

3. Pita Ukur
Pita ukur merupakan sejenis pembaris lentur. Ia terdiri daripada pita kain, plastik, atau logam dengan tanda ukuran memanjang dengan unit metrik dan kadang kala dengan tambahan unit imperial. Ia merupakan perkakasan ukur biasa. Kelenturannya membolehkan pengukur jarak yang besar dibawa dengan mudah dalam poket atau kotak perkakasan dan membenarkan ukuran diambil pada selekoh dan sudut. Pada masa kini ia terdapat di merata-rata, malah sebagai bentuk mini sebagai pemegang kunci.

4. Theodolit Digital
"Transit" merujuk kepada suatu jenis teodolit khusus yang dikembangkan pada awal abad ke-19. Ada sebuah fitur yang dapat teleskop "flop over" ( "transit lingkup") agar mudah-peninjauan kembali dan dua kali lipat dari sudut untuk pengurangan kesalahan. Transit beberapa alat yang mampu membaca sudut langsung ke tiga puluh arcseconds. Di tengah-tengah abad 20,
Pertama kemunculan kata "teodolit" ditemukan dalam survei buku J geometris praktek bernama Pantometria (1571) oleh Leonard Digges, yang telah diterbitkan anumerta oleh anaknya, Thomas Digges.etimologi dari kata tersebut tidak dikenal. Bagian pertama Baru latin theo-delitus mungkin berasal dari bahasa Yunani θεαομαι, "tiba-tiba ke atas atau cari perhatian", tetapi bagian kedua lebih banyak menimbulkan teka-teki dan sering dikaitkan dengan sebuah variasi δηλος tdk seperti seorang sarjana, yang berarti "jelas "atau" jelas ".
            Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah lingkaran.Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung.Pada akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop.Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725.

Cara Penggunaan
            Dapat digerakan dengan 2 sumbu garis tegak lurus untuk yang horizontal sumbu cembung putar, dan sumbu vertikal. ketika teleskop di arahkan ke benda yang di inginkan, di setiap sudut dan sumbu dapat mengukur dengan ketelitian yang baik..
            Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah.Bidikan pada saat posisi visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih 180° atau 220g, , atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.
            Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila pada diafragmanya dilengkapi benang stadia.Pengukuran jarak dengan alat ini tidak disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang tegak.Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak vertikal dan jarak mendatar.

5. Planimeter
Ada beberapa jenis planimeters, tetapi semua beroperasi dengan cara yang sama. The precise way in which they are constructed varies, with the main types of mechanical planimeter being polar, linear and Prytz or "hatchet" planimeters. Cara yang tepat di mana mereka dibangun bervariasi, dengan jenis utama dari mekanik yang polar planimeter, kapak linear dan Prytz atau "" planimeters. The Swiss mathematician Jakob Amsler-Laffon built the first modern planimeter in 1854, the concept having been pioneered by Johann Martin Hermann in 1814. Swiss matematikawan Jakob Amsler-Laffon membangun planimeter modern pertama pada 1854, konsep yang telah dirintis oleh Johann Martin Hermann pada tahun 1814. Many developments followed Amsler's famous planimeter, including electronic versions. Banyak perkembangan diikuti planimeter Amsler terkenal, termasuk versi elektronik.
A linear planimeter on scrolls for the determination of stretched shapesThey consist of a linkage with a pointer on one end, used to trace around the boundary of the shape.Mereka terdiri dari hubungan dengan pointer pada salah satu ujungnya, digunakan untuk melacak sekitar batas bentuk. The other end of the linkage is fixed for a polar planimeter and restricted to a line for a linear planimeter. Ujung linkage yang tetap adalah untuk sebuah planimeter kutub dan terbatas pada garis untuk planimeter linier. Tracing around the perimeter of a surface induces a movement in another part of the instrument and a reading of this is used to establish the area of the shape. Menelusuri di sekeliling permukaan mendorong gerakan di bagian lain dari instrumen dan pembacaan ini digunakan untuk membangun daerah bentuk. The planimeter contains a measuring wheel that rolls along the drawing as the operator traces the contour. planimeter berisi roda mengukur bahwa gulungan sepanjang gambar sebagai jejak operator kontur. When the planimeter's measuring wheel moves perpendicular to its axis, it rolls, and this movement is recorded. Ketika roda mengukur planimeter yang bergerak tegak lurus terhadap poros, menggelinding, dan gerakan ini dicatat. When the measuring wheel moves parallel to its axis, the wheel skids without rolling, so this movement is ignored. Ketika roda mengukur bergerak sejajar dengan poros, roda meluncur tanpa rolling, jadi gerakan ini diabaikan. That means the planimeter measures the distance that its measuring wheel travels, projected perpendicularly to the measuring wheel's axis of rotation. Itu berarti planimeter ukuran jarak yang mengukur perjalanan roda nya, diproyeksikan tegak lurus sumbu roda mengukur tentang rotasi
Kerja dari planimeter linier dapat dijelaskan dengan mengukur luas persegi panjang ABCD (lihat gambar). Moving with the pointer from A to B the arm EM moves through the yellow parallelogram, with area equal to PQ×EM. Bergerak dengan pointer dari A ke B bergerak EM lengan melalui genjang kuning, dengan luas sama dengan PQ × EM. This area is also equal to the area of the parallelogram A"ABB". Daerah ini juga sama dengan luas jajaran genjang A "ABB". The measuring wheel measures the distance PQ (perpendicular to EM). Roda mengukur mengukur jarak PQ (tegak lurus dengan EM). Moving from C to D the arm EM moves through the green parallelogram, with area equal to the area of the rectangle A"DCB". Pindah dari C ke D EM lengan bergerak melalui genjang hijau, dengan luas sama dengan luas persegi panjang A "DCB". The measuring wheel now moves in the opposite direction, subtracting this reading from the former. Roda ukur sekarang bergerak ke arah yang berlawanan, mengurangkan ini membaca dari mantan. The net result is the measuring of the difference of the yellow and green areas, which is the area of ABCD. Hasil akhirnya adalah pengukuran perbedaan wilayah kuning dan hijau, yang merupakan daerah ABCD. There are of course the movements along BC and DA, but as they are the same but opposite, they cancel each other on the reading of the wheel. Tentu saja ada gerakan bersama BC dan DA, tetapi karena mereka adalah sama tetapi sebaliknya, mereka membatalkan satu sama lain pada bacaan roda.


KARTOGRAFI
Pengertian Kartografi
kartografi  merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan pemetaan. Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat peta dan si pengguna peta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy.
1. Pengenalan Jenis-jenis Peta
Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan tujuan). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta garis. Peta foto adalah ?peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara / ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda? (Prihandito 1989: 3).
Peta ini meliputi peta foto yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto. Adapun peta garis adalah ?peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan? (Prihandito 1989: 3). Peta ini terdiri atas peta topografi dan peta tematik.
Ditinjau dari skalanya, peta dapat dibedakan menjadi peta skala besar (1:50.000 atau lebih kecil, misalnya 1:25.000) dan peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar).
            Adapun menurut klasifikasi berdasarkan fungsi, terdapat tiga macam peta, yaitu:
Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, dan elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi, sedangkan yang berskala kecil berupa atlas, Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut; dan Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical (Prihandito 1989: 3-4).
Adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut macam persoalan (maksud dan tujuan), antara lain meliputi: peta kadaster, peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta kependudukan, peta iklim, dan peta tata guna tanah (Prihandito 1989: 4).
Di antara macam-macam peta peta tersebut, yang sering digunakan dalam survei arkeologi adalah peta topografi. Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia, sehingga disebut juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka bumi, unsur hidrografi (sungai, danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan es, salju, dan pasir (Prihandito 1989: 23; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Adapun unsur buatan manusia di antaranya adalah: sarana perhubungan (jalan, rel kereta api, jembatan, terowongan, kanal), konstruksi (gedung, bendungan, jalur pipa, jaringan listrik), daerah khusus (daerah yang ditanami tumbuhan, taman, makam, permukiman, lapangan olah raga), dan batas administratif (Prihandito 1989: 22; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Tinggalan-tinggalan arkeologis atau bersejarah seperti bangunan megalitik, candi, gereja, dan reruntuhan bangunan kuna, seringkali juga ditampilkan dalam peta topografi (lihat McIntosh, 1986: 44). Selain menyajikan data keruangan, peta topografi juga memuat data non-keruangan, antara lain grid, graticul (garis lintang dan bujur), arah utara, skala, dan legenda (keterangan mengenai simbol-simbol yang digunakan pada peta)
2. Pemanfaatan Peta
            Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh gambaran umum tentang wilayah yang diteliti.
Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).
Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu: wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000; wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000 wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Jenis Jenis Peta
Peta daat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu:
·         Penggolongan berdasarkan skalanya:
1.        Peta skala besar dengan skala 1: 25.000. Peta ini isinya lebih detail contoh peta tofografi.
2.        Peta skala sedang dengan skala 1: 25,000 – 1: 2.000.000 peta ini hanya memuat yang penting penting saja.
3.         Peta skala kecil dengan skala lebih dari 1:200.000.
·         Penggolongan berdasarkan isi dan fungsinya:
1.      Peta umum (General Map) yaitumpeta yang memuat kenampakan kenampkan umum (lebih dari satu jenis ) memuat kenampakan fisis lamiah da kenampakan budaya. Peta ini lebih berfungsi sebagai orintasi.
2.      Peta tematik yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja peta tertentu baik kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.
3.      Peta kart yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical, aeronautical.
·         Penggolongan berdasarkan tujuannya:
1.         Peta geologi bertujuan untuk menunjukan formasi batuan atau aspek geologi lainnya di suatu daerah.
2.         Peta iklim bertujuan untuk menunjukkan berbagai macam sifat iklim di suatu daerah.
3.         Jenis jenis lainnya : misalnya peta tanah, peta kependudukan peta tata guna lahan dan sebaginya
Penggambaran keadaan muka bumi ke dalam bidang datar yang kemudian disebut peta, merupakan salah satu kebutuhan awal bagi para pengelola dan perencana sumber daya peta merupakan gambaran permukaan bumi yang berisi fenomena alam dan fenomena buatan memuat informasi yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya di berbagai bidang pembangunan termasuk bidang perencanaan tata ruang, kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan, pertambangan dan lain sebagainya.
Secara umum peta diartikan sebagai gambaran konvensional dari pola bumi yang digambarkan seolah olah dilihat dari atas ada bidang datar melalui satu bidang proyeksi degan dilengkapi tulisan tulisan untuk identifiksinya.
 Peta mengandung arti komunikasi. Artinya merupakan suatu signal atau Channel antara sipengirim pesan ( pembuat peta) dengan si penerima pesan (pemakai peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan berupa informasi tetang realita dari fenomena geografi. Peta pada dasarnya adalah sebuah data yang didesain untuk mampu menghasilkan sebuah informasi geografis melalui proses pengorganisasian dari kolaborasi data lainnya yang berkaitan dengan bumi untuk menganalisis, memperkirakan dan menghasilkan gambaran kartografi.
 Informasi ruang mengenai bumi sangat kompleks, tetapi pada umunmya data geografi mengandung 4 aspek penting, yaitu (Zhou, 1998):
1.         Lokasi-lokasi yang berkenaan dengan ruang, merupakan objek-objek ruang yang khas pada system koordinat (projeksi sebuah peta)
2.         Atribut (ciri bahan), informasi yang menerangkan mengenai objek-objek ruang yang diperlukan
3.         Hubungan ruang, hubungan lojik atau kuantitatif diantara objek-objek ruang
4.         Waktu, merupakan waktu untuk perolehan data, data atribut dan ruang.

Fungsi Peta
Peta mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
·         Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif dari suatu tempat.
·         Memperlihatkan ukuran dalam pengertian jarak dan arah.
·         Memperlihatkan bentuk atau unsur yang terdapat di permukaan bumi.
·         Menghimpun serta menselektif data permukaan bumi
Jenis Peta
Berdasarkan jenisnya, peta dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.  Peta Topografi
Peta Topografi merupakan peta yang memperlihatkan posisi horisontal serta vertikal dari unsur alam dan unsur buatan manusia dalam suatu bentuk tertentu, dengan memperhatikan sistem proyeksi peta yang digunakan serta skala peta. Umumnya peta topografi dibuat untuk keperluan perencanaan pembangunan, karena pada peta topografi disajikan unsur-unsur permukaan bumi yang sesuai dengan kondisi pada saat pembuatan petanya.
            Peta Topografi disebut juga sebagai peta dasar, karena peta topografi digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk pembuatan peta topografi dengan skala peta yang lebih kecil dari peta aslinya (original map), atau juga untuk pembuatan peta-peta tematik.
Berikut adalah bentuk peta topografi, antara lain :
a.       Peta Planimetrik
 Peta yang menyjikan informasi tentang beberapa tipe unsur permukaan bumi, pada peta ini informasi ketinggian tidak disajikan.
b.      Peta Teknik
Peta yang menyajikan detail permukaan bumi untuk keperluan proyek rekayasa (jalan, dam), dan juga untuk keperluan estimasi biaya konstruksi.
c.       Peta Pendaftaran Tanah/Kadaster
Peta yang menyajikan data mengenai garis kepemilikan tanah berikut sudut dan panjangnya, pemilik, ukuran persil, serta beberapa informasi lainnya.
d.      Peta Bathimetrik
Peta yang menyajikan kedalaman air dan konfigurasi topografi bawah laut, umumnya mempunyai sistem koordinat yang bereferensi pada sistem koordinat peta topografi.

2. Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini digunakan sebagai data analisis dari beberapa unsur permukaan bumi didalam pengambilan suatu keputusan untuk pembangunan.
Pada pembuatan peta tematik, data dasar yang digunakan adalah peta topografi, sedang data tematik yang disajikan adalah hasil survey langsung (data primer) dan survey tidak langsung (data sekunder). Penyajian data topografi pada peta tematik disesuaikan dengan unsur yang diperlukan di dalam menunjang data tematik yang disajikan. Data tematik yang disajikan dapat dalam bentuk kualitatif dan/atau data kuantitatif.
Berikut ini beberapa contoh peta tematik :
a.    Peta Diagram
Pada peta diagram, dua atau lebih subyek tematik yang berelasi disajikan dalam bentuk diagram yang proporsional. Diagram yang disajikan dapat dalam bentuk diagram batang, lingkaran, empat persegi panjang, diagram kurva. Masing-masing diagram disajikan pada posisi dari suatu lokasi atau dipusat area. Misal : peta industri.

b. Peta Distribusi
            Peta tematik yang menggunakan simbol titik untuk menyajikan suatu data yang spesifik, serta mempunyai kuantitas yang pasti dari sejumlah variabel. Misal : peta sebaran penduduk. 
·         Peta Choropleth
·         Peta Dasymetrik
Peta tematik yang menyajikan ringkasan distribusi kuantitatif dengan basis deliminasi area batas administrasi. Misal : peta kepadatan penduduk. Peta tematik sejenis choropleth, tetapi biasanya bukan pada batas administrasi, melainkan pada batas dari area yang disurvey.

a. Peta Chorochromatik
Peta tematik yang memperlihatkan distribusi kualitatif dari fenomena spesifik dan relasinya. Misal : peta tanah.
b.    Peta Isoline
Peta tematik yang memperlihatkan harga numerik untuk distribusi yang kontinyu, dalam bentuk garis-garis yang terhubung pada suatu harga yang sama. Misal : peta isobar.
c.    Peta Alir
Peta tematik yang menyajikan informasi dalam bentuk garis tebal atau warna untuk memperlihatkan arah atau frekuensi pergerakan. Misal : peta frekuensi transportasi.
d. Chart
Peta tematik yang bersifat khusus. Chart merupakan peta yang menyajikan data dan informasi yang berhubungan dengan unsur navigasi atau keselamatan perhubungan. Jenis chart yang dikenal adalah Peta Navigasi Laut (Nautical Chart) dan Peta Navigasi Udara (Aero Nautical Chart).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar